Kecamatan Jiken terletak di sebelah timur kabupaten Blora, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur sehingga membuat Kecamatan Jiken ini termasuk pintu gerbang perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Jarak antara kecamatan Jiken dengan pusat kabupaten terbilang cukup dekat, yaitu 13 km dan jarak tempuh dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah sejauh 140 km. Kecamatan Jiken sendiri memiliki luas wilayah mencapai 168,167 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 38.211 jiwa.
Kecamatan Jiken memiliki 11 Desa yaitu
Desa Bangowan, Desa Bleboh, Desa Cabak, Desa Genjahan, Desa Janjang, Jiken,
Jiworejo, Ketringan, Nglebur, Nglobo, Singorejo. Desa – desa tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kecamatan Jiken
terdiri dari 61 RW, 262 RT , dan 39 Dusun.
Peta Kabupaten Blora
Peta Kecamatan Jiken
A. Karakteristik Wilayah Kecamatan
Jiken Relatif Terhadap Wilayah Kabupaten Blora
1. Kedudukan
Wilayah Jiken dalam Wilayah yang lebih luas
Kecamatan Jiken merupakan salah satu
kecamatan yang letaknya di bagian timur Kabupaten Blora. Secara geografis,
Kecamatan Jiken memiliki batas administratif, dimana bersebelahan dengan
kecamatan lain bahkan kabupaten lain dari provinsi lain. Di sebelah utara
Kecamatan Jiken berbatasan langsung dengan Kecamatan Bogorej, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Sambong dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Jepon. Letak Kecamatan Jiken yang bersebelahan dengan Kecamatan lain
bahkan provinsi lain memberi konsekuensi tersendiri bagi daerah di sekitar
Kecamatan Jiken, terutama bagi Desa Bleboh yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten lain yaitu Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.
Konteks Wilayah Studi
A. Posisi Geografis Kecamatan Jiken
Kecamatan Jiken terletak di sebelah
timur kabupaten Blora, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro,
Jawa Timur sehingga membuat Kecamatan Jiken ini termasuk pintu gerbang
perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Jarak antara kecamatan Jiken
dengan pusat kabupaten terbilang cukup dekat, yaitu 13 km dan jarak tempuh dari
Ibukota Provinsi Jawa Tengah sejauh 140 km. Kecamatan Jiken sendiri memiliki
luas wilayah mencapai 168,167 km2 dengan jumlah penduduk
sebesar 38.211 jiwa.
Kecamatan Jiken memiliki 11 Desa
yaitu Desa Bangowan, Desa Bleboh, Desa Cabak, Desa Genjahan, Desa Janjang,
Jiken, Jiworejo, Ketringan, Nglebur, Nglobo, Singorejo. Desa – desa
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Kecamatan Jiken terdiri dari 61 RW, 262 RT , dan 39 Dusun.
Posisi Jiken di Kabupaten Blora
Pada peta Kabupaten Blora disamping, dapat dilihat
posisi Kecamatan Jiken yang terletak di paling timur Kabupaten Blora dan
menjadi daerah perbatasan Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Timur.
Kecamatan Jiken juga berbatasan langsung dengan Kecamatan Bogorejo, Kecamatan
Jepon dan Kecamatan Sambong di sebelah utara, barat dan selata
B. Karakteristik Wilayah Kecamatan
Jiken Relatif Terhadap Wilayah Kabupaten Blora
1. Kedudukan Wilayah Jiken dalam Wilayah yang lebih luas
Kecamatan Jiken merupakan salah satu
kecamatan yang letaknya di bagian timur Kabupaten Blora. Secara geografis,
Kecamatan Jiken memiliki batas administratif, dimana bersebelahan dengan
kecamatan lain bahkan kabupaten lain dari provinsi lain. Di sebelah utara
Kecamatan Jiken berbatasan langsung dengan Kecamatan Bogorej, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Sambong dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Jepon. Letak Kecamatan Jiken yang bersebelahan dengan Kecamatan lain
bahkan provinsi lain memberi konsekuensi tersendiri bagi daerah di sekitar
Kecamatan Jiken, terutama bagi Desa Bleboh yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
lain yaitu Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.
Kontribusi PDRB Kecamatan Jiken dalam sektor pertanian
Jika dilihat dari peta penggunaan
lahan di Kecamatan Jiken penggunaan lahan terbesar setelah hutan adalah sawah
tadah hujan dan tegalan. Hal ini yang menyebabkan mayoritas penduduk di
Kecamatan Jiken bermatapencaharian sebagai petani.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Per Sektor Pertanian di
Kecamatan Jiken
Nama Kecamatan
|
Pertanian
|
Prosentase
|
Banjarejo
|
61039,90
|
5,0%
|
Blora
|
82178,19
|
6,7%
|
Bogorejo
|
31706,40
|
2,6%
|
Cepu
|
53194,38
|
4,3%
|
Japah
|
99539,67
|
8,1%
|
Jati
|
65160,58
|
5,3%
|
Jepon
|
69497,72
|
5,7%
|
Jiken
|
42255,81
|
3,5%
|
Kedungtuban
|
112825,06
|
9,2%
|
Kradenan
|
72408,86
|
5,9%
|
Kunduran
|
122273,77
|
10,0%
|
Ngawen
|
80028,26
|
6,5%
|
Randublatung
|
136584,94
|
11,2%
|
Sambong
|
42361,25
|
3,5%
|
Todanan
|
84588,22
|
6,9%
|
Tunjungan
|
68926,15
|
5,6%
|
TOTAL
|
1224569,16
|
100%
|
Sumber : BPS
Kabupaten Blora,2010
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa
pada Kecamatan Jiken menyumbangkan 3,5% PDRB sektor pertanian dibandingkan
kecamatan lain di Kabupaten Blora dengan total PDRB Kabupaten Blora adalah
sebesar 12.245.69 juta rupiah. Jika dibandingkan dengan Kecamatan lain yang ada
di Kabupaten Blora, Kecamatan Jiken terbilang rendah dalam menyumbang di bidang
pertanian padahal mata pencaharian utama di bidang pertanian. Hal ini
dikarenakan petani di Kecamatan Jiken masih mengandalkan sawah tadah hujan
sehingga dalam setahun hanya dapat panen sekali untuk semua produk pertanian
yang dihasilkan seperti Padi dan jagung yang merupakan produksi unggulan
pertanian karena cukup memiliki nilai jual tinggi.
2. Aksesibilitas Kecamatan Jiken
Ditinjau dari aksesibilitasnya,
Kecamatan Jiken sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang dilalui
oleh jalur regional. Sehingga hal ini memberi dampak tersendiri bagi Kecamatan
Jiken mengingat pentingnya jalur regional ini sebagai jalur distribusi barang
dan jasa sehingga, berdampak pada produktifitas serta daya saing terhadap
kecamatan lain di Kabupaten Blora.
C. Karakteristik Wilayah Jiken relatif
terhadap wilayah lain di wilayah acuan
Karakteristik wilayah Kecamatan Jiken dibandingkan dengan wilayah kecamatan
lain di Kabupaten Blora seperti Kecamatan Jepon, yang terletak bersebelahan
dengan Kecamatan Jiken. Kecamatan Jepon memiliki karakteristik kekotaan yang
lebih menonjol dibandingkan dengan Kecamatan Jiken sendiri. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai karakteristik berikut :
1. Aksesibilitas
Dilihat dari aksesibilitasnya,
Kecamatan Jepon terletak pada lokasi yang lebih strategis dibandingkan
Kecamatan Jiken. Hal ini dibuktikan dengan lebih mudahnya aksesbilitas di
Kecamatan Jepon dibandingkan dengan Kecamatan Jiken.
Aksesibilitas di Kecamatan Jiken
termasuk cukup sulit. Meskipun terdapat angkutan umum seperti bus mini dan
angkot, akan tetapi bus dan angkot ini hanya berada pada jalan lokal penghubung
Kecamatan Jiken dengan Blora. Untuk aksesbilitas penghubung antar desa yang
akan menuju ke Kecamatan terdekat untuk melakukan aktivitas seperti bersekolah
dan ke pasar harus menggunakan kendaraan pribadi. Adaupun angkutan umum berupa colt yang
tidak setiap hari ada. Padahal umumnya masyarakat desa di Kecamatan Jiken tidak
banyak yang memiliki kendaraan pribadi dan masih mengandalkan kendaraan umum.
Padahal, setiap harinya banyak dari masyarakat di Kecamatan Jiken yang harus
keluar Kecamatan menuju Kecamatan lain karena keterbatasan sarana yang ada di
Kecamatan Jiken.
Berbeda halnya dengan Kecamatan yang
berdekatan dengan Kecamatan Jiken yaitu Kecamatan Jepon. Kecamatan Jepon
memiliki aksesbilitas yang cukup mudah. Banyak terdapat kendaraan umum yang ada
dan bahkan di wilayah yang sulit dijangkau seperti desa yang berada di
pegunungan kendeng utara mereka dapat dengan mudah menuju pusat Kecamatan Jepon
menggunakan truk yang digunakan sebagai kendaraan umum dan setiap hari ada.
Selain itu, banyak masyarakat di Kecamatan Jepon yang telah memiliki kendaraan
pribadi yang semakin memudahkan mereka dalam melakukan aktivitas. Jika
dibandingkan dengan Kecamatan Jiken yang sama-sama dileawati oleh jalur
regional, aksesbilitas di Kecamatan Jepon lebih mudah dibandingkan dengan
Kecamatan Jiken.
2. Aktivitas Perekonomian
Dilihat dari aktivitas
perekonomiannya, jika dibandingkan dengan Kecamatan Jiken yang terletak
bersebelahan dengan Kecamatan Jiken, Kecamatan Jepon memiliki aktivitas
perekonomian yang lebih beragam dan lebih maju. Hal ini dibuktikan seperti
adanya fasilitas perdagangan jasa yang memusat pada jalur regional dan lokal
sekunder di Kecamatan Jepon. Dimana pada sepanjang jalur tersebut pada kanan
krinya banyak terdapat minimarket, pertokoan, showroom kerajinan
jati, pasar tradisional dengan skala pelayanan yang lebih luas hingga
menjangkau Kecamatan Jiken
Lain dengan aktivitas perekonomian
di Kecamatan Jiken yang terpusat di Desa Jiken yang hanya berupa pertokoan dan
Desa Bleboh yaitu berupa penyediaan pasar tradisional, juga terdapat beberapa
toko serta warung kelontong yang hanya menjangkau Desa Nglebur, Desa Bleboh dan
Desa Janjang. Jika dibandingkan jumlahnya, Kecamatan Jepon memiliki lebih
banyak fasilitas perdagangan tersebut serta kondisi di sekitarnya pun lebih
ramai dibandingkan di pusat Kecamatan Jiken.
3. Keberadaan Fasilitas Umum
Karakteristik Kecamatan Jiken
dilihat dari keberadaan fasilitas yang ada di wilayah tersebut berupa
penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, dll.
Fasilitas yang ada di Kecamatan Jiken seperti Fasilitas pendidikan sangatlah
terbatas. Kecamatan jiken hanya memiliki TK,SD, SMP dan tidak memiliki SMA.
untuk TK dan SD terdapat pada setiap desa yang ada di Kecamatan Jiken.
Sedangkan untuk SMP hanya terdapat di tiga desa yaitu Desa Jiken meliputi SMP N
1 Jiken dan MTS, Desa Jiworejo meliputi SMP N 3 Jiken dan MTS, dan Desa Nglebur
yaitu SMP N 2 Jiken. Di Kecamatan Jiken belum terdapat SMA, hal ini membuat
masyarakat yang ada di Kecamatan Jiken harus ke Kecamatan lain untuk dapat
melanjutkan jenjang SMA setelah lulus SMP. Bahkan, banyak dari masyarakat
Kecamatan Jiken yang memilih tidak melanjutkan ke Jenjang SMAsetelah lulus SMP
dikarenakan tidak ada SMA di Kecamatan Jiken dan jarak terdekat menuju SMA bisa
sampai 15km.
SMA terdekat dengan Kecamatan Jiken
adalah SMA N 1 Jepon yang berada di Kecamatan Jepon. Untuk desa-desa yang
berada paling jauh dengan pusat Kecamatan Jiken seperti Desa Bleboh dan Desa
Ketringan yang sampai 15km menuju Kecamatan Jepon jika ingin melanjutkan SMA.
dengan keterbatasan aksesbilitas membuat masyarakat yang ada di desa-desa
tersebut memilih untuk tidak melanjutkan SMA. untuk bersekolah SMA saja
masyarakat harus menempuh 15km setiap harinya dengan berjalan kaki atau
bersepedadari desa menuju jalan lokal untuk naik kendaraan umum bagi yang tidak
memiliki kendaraan pribadi.
Berbeda halnya dengan Kecamatan
Jepon yang memiliki sarana pendidikan hingga jenjang SMA. dan dengan
aksebilitas yang cukup mudah. Dan bukan menjadi kendala untuk desa-desa yang
jauh dengan SMA untuk menuju ke SMA yang ada di Kecamatan Jepon, karena
terdapat kendaraan umum yang dapat mengantar setiap harinya jika tidak memiliki
kendaraan pribadi.
Sejarah Kecamatan Jiken dan 11 Desa
Kecamatan Jiken
a. Asal Nama Kecamatan Jiken
Kecamatan ini dibentuk berdasarkan
PP No. 16/1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten Dati II Pati,
Blora Temanggung, Purbalingga, Grobogan, Brebes, Wonogiri, dan Cilacap dalam
wilayah Propinsi Dati I Jawa Tengah.
Nama Jiken berasal dari kata ‘driji’ atau
jari, dan ‘ken’ dari kata teken atau penyangga, diambil dari
dri ‘ji’ dan te ‘ken’ (Jiken). Dalam
sejarahnya, Pangeran Djati Kusumo dan Pangeran Djati Kisworo mendapat tugas
yang berat dari Pangeran Benowo, untuk mencari pusaka andalan kerajaan Pajang.
Mereka berdua berangkat dengan berjalan kaki diikuti rombongannya menelusuri
jalan sampai pelosok – pelosok hutan.
Semua pencarian terus dilakukan
dengan hati tulus dan ikhlas, meski dengan berbagai kendala masuk hutan
belantara, naik dan turun tebing. Perjalanannya dilanjutkan kearah Selatan
dengan merangkak – rangkak hingga jari – jari mereka digunakan sebagai penguat
tubuh (teken). Kedua pengeran tersebut kemudian bersabda dengan disaksikan oleh
rombongannya, bahwa tempat tersebut diberi nama “Jiken”.
Dalam perjalanannya, mereka telah
mengalami beberapa kejadian yang dengan kejadian tersebut menjadi beberapa nama
tempat, seperti ketika ia hendak melakukan shalat dan membasuh muka di suatu
sungai yang memiliki kedung. Maka tempat tersebut menjadi kedung wisuhan, atau
kedung tempat membasuh muka dan mengambil air wudhu. Begitu juga saat mereka
melihat banyak pohon sirih, maka tempat terebut dinamakan Suruhan, artinya
tempat yang banyak pohon sirihnya. Ada juga ketika mencurigai sebuah batu yang
berlobang, tetapi ternyata adalah batu tempat menyimpan padi. Maka tempat
tersebut dinamakan “Watu Lumbung” atau batu tempat menyimpan padi, dan lain
sebagainya.
b. Asal Usul
Nama Desa Janjang
Putra (sentono dalem) dari kerajaan
Pajang yaitu Kyai Jatikusuma dan Kyai Jatiswara pergi meniggalkan kraton dan
mengembara. Sampai di suatu tempat dengan dataran yang tinggi, mereka berhenti
dan menetap disana. Dikarenakan tempat yang mereka diami memiliki dataran yang
tinggi , sehingga mereka dapat melihat kemana saja dengan jelas, maka tempat
itu dinamakan Janjang (artinya jelas/tinggi). Dari kata itulah kemudian
menjadi Desa Janjang.
c. Sejarah
Perminyakan Distrik II Nglobo, Lumbung Minyak Jiken
Dimulai dari temuan Adrian Stoop
pada tahun 1800. Atas temuan itu, pemerintah Hindia Belanda mendirikan
perusahaan minyak Dordstche Petroleum Maatschapij ( DPM ) guna
mengebor lading minyak di Cepu pada tahun 1888. Tahun 1889 pengeboran minyak
dilakukan di Wonokromo, kemudian tahun 1893 dilakukan pengeboran dan
eksploitasi di Ledok 1. Awal tahun 1900-an DPM menemukan rembesan minyak di
Nglobo, Kawengan, Semanggi dan Wonocolo. Wilayah yang merupakan cakupan
Kecamatan Jiken adalah Desa Nglobo. Pada tahun 1911 kilang minyak Wonokromo
dibeli oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) untuk dioperasikan bersama
kelang minyak Cepu. Desa Nglobo menjadi bawahan dari Ledok yang merupakan pusat
kegiatan produksi. Saat ini, terdapat kurang lebih 34 titik sumur minyak dimana
19 diantara telah aktif diproduksi.
Karakteristik Wilayah Kecamatan Jiken
Karakteristik Fisik Kecamatan Jiken
Jika ditinjau dari ketinggiannya,
Kecamatan Jiken memiliki ketinggian sebesar 40 – 100 meter dan 100 – 500 meter
di atas permukaan laut. Bila ditinjau dari kelas kelerengannya, Kecamatan Jiken
terdiri dari 5 kelas kelerengan, yaitu:
Kelas Kelerengan Kecamatan Jiken
No.
|
Kelas Kelerengan
|
Desa
|
1.
|
0 – 2 %
|
Desa Jiken, Genjahan dan Jiworejo
|
2.
|
2 – 5 %
|
Desa
Cabak, Desa Nglebur dan Kelurahan Nglobo
|
3.
|
5 – 15%
|
Seluruh wilayah Kecamatan Jiken
|
4.
|
15 – 40%
|
Desa
Bangowan, Jiworejo, Jiken, Nglobo, Cabak, Nglebur, Janjang, Bleboh, Nglebur,
Singonegoro dan Desa Ketringan
|
5.
|
>40%
|
Desa Janjang
|
Sumber :
BAPPEDA Kabupaten Blora, 2011.
Berdasarkan tabel dan peta di atas,
Desa yang memiliki kelas kelerengan tertinggi adalah Desa Janjang. Desa ini
bahkan terlihat seperti berada di atas gunung bila dilihat dari Desa Nglebur.
Akses masuk ke Desa ini juga tergolong paling sulit akibat jalannya yang
bergelombang dan menanjak dan permukaan wilayahnya yang berbukit. Permukaan
wilayah yang berbukit ini juga dapat ditemukan di desa – desa yang memiliki
kelas keleregan 15-40% seperti Desa Bangowan, Jiworejo, Jiken, Nglobo,
Cabak, Nglebur, Janjang, Bleboh, Nglebur, Singonegoro dan Desa Ketringan yang
memiliki topografi gak curam hingga curam. Berdasarkan hasil obeservasi
lapangan juga ditemukan bahwa di setiap desa yang memiliki topografi curam
memiliki kondisi jalan yang rusak hingga rusak parah. Rusaknya jalan ini dapat
memperlambat waktu tempuh menuju atau keluar desa.
Kecamatan Jiken jika ditinjau dari
aspek klimatologi, seluruh desa memiliki curah hujan sebesar 1500 - 1750
mm/tahun dengan suhu udara terendah 29 ◦C dan suhu tertinggi 35◦C.
Berdasarkan data hari hujan Kecamatan Jiken dirinci menurut bulan, Jiken
memiliki 1 bulan kering dimana tidak ada hujan turun sama sekali yaitu pada
bulan Juli dan 11 bulan lainnya adalah bulan basah dimana hujan turun dengan
intensitas sedang hingga tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat
diketahui bahwa iklim di Kecamatan Jiken termasuk dalam iklim basah yang cocok
untuk pertanian dan perkebunan dan hutan.
Jika ditinjau dari aspek litologi
atau jenis tanah, Kecamatan Jiken memiliki dua jenis tipe tanah yaitu Grumosol
dan Mediterania Coklat Tua. Adapun persebarannya yaitu :
1. Persebaran jenis tanah Grumosol : Persebaran jenis
tanah ini tersebar merata di Desa Genjahan, Jiken. Tersebar sebagian besar Desa
Nglobo, Cabak, Nglebur, Janjang, Singonegoro, Jiworejo, Bleboh. Tersebar
sebagian kecil di Desa Ketringan, Bangowan
2. Persebaran jenis tanah Mediterania Coklat Tua:
Sebagian besar tersebar di Desa Bangowan, Ketringan, Bleboh. Sebagian kecil
tersebar di Desa Jiworejo, Singonegoro, Nglebur, Cabak, Nglobo.
Jenis tanah Grumosol dan Mediterania
Coklat Tua merupakan jenis tanah yang tergolong subur dan cukup subur. Oleh
karena itu, jenis tanah tersebut cocok untuk kegiatan pertanian,
perkebunan, dan hutan. Adanya dukungan tipe curah hujan yang juga cocok untuk kegiatan
pertanian, perkebunan dan kehutanan maka menjadi suatu hal yang wajar bila di
luas Kecamatan Jiken didominasi pleh pertanian, perkebunan dan hutan.
Kebanyakan lahan pertanian dan perkebunan merupakan milik masyarakat. Namun
untuk lahan hutan merupakan milik perhutani yang dilindungi keberadaannya.
Secara
umum, wilayah Kecamatan Jiken dilalui sungai – sungai tetapi tidak memiliki
arus yang deras dan volume tinggi. Sungai yang melalui Kecamatan Jiken adalah
Sungai Jiken, Sungai Bagowan, Kali Gede, Kali Glowok, Kali Omahan, Kali Katesan
dan Jombang serta kali Nanas di Kali Kluwih. Dalam hal pemanfaatannya,
masyarakat sekitar memanfaatkan air sungai ini sebagai keperluan kamar mandi
dan irigasi.
Kecamatan Jiken juga memiliki
potensi sumberdaya alam di bidang perminyakan dan hutan. Potensi perminyakan
ini tersebar di 4 desa yaitu, Nglobo, Bleboh, Janjang dan Bangowan, namun dari
keempat desa tersebut, sumur minyak yang masih bisa diproduksi adalah sumur
minyak di Desa Bangowan dan Desa Nglobo. Sumur minyak yang ada di kedua Desa
ini masing – masing didistribusikan dan dijual oleh Pertamina.
Karakteristik Penggunaan Lahan
Luas wilayah Kecamatan Jiken adalah
sebesar 16.816 ha dengan mayoritas penggunaan lahan di Kecamatan Jiken
adalah hutan dengan luas 13.350,386 Ha atau sekitar 79% dari luas wilayah
Kecamatan Jiken. Selain hutan, penggunaan lahan terbesar lainnya di Kecamatan
Jiken adalah penggunaan lahan untuk sawah dan tegalan, yang masing – masing
memiliki luas sebesar 1.617, 924 Ha dan 1.064,709 ha atau sekitar 10% dan 6%
dari luas wilayah Kecamatan Jiken. Lahan persawahan yang ada di Kecamatan Jiken
sebagian ditanami padi dan jagung, tergantung musim yang ada. Ketika musim kemarau
datang, maka lahan persawahan akan ditanami jagung, sedangkan jika musim
penghujan tiba, maka lahan persawahan akan di tanami padi. Dengan karakteristik
wilayah yang sebagian besar merupakan lahan persawahan dan perhutanan, sebagian
besar penduduk di Kecamatan Jiken bermatapencaharian sebagai petani dan buruh
tani.
Berikut ini adalah tabel penggunaan
lahan yang didapatkan dari potensi desa tahun 2008:
Penggunaan Lahan dirinci Per Desa di Kecamatan Jiken
Desa
|
sawah irigasi 1/2 teknis
|
sawah tadah hujan
|
ladang
|
permukiman
|
Tanah Perkebunan Rakyat
|
Tanah Perkebunan Negara
|
Hutan Lindung
|
Hutan Produksi
|
Hutan Konversi
|
Nglobo
|
0
|
64,69
|
66,39
|
32,4
|
0
|
0
|
1875
|
7,74
|
0
|
Cabak
|
0
|
71,06
|
4
|
0
|
1,5
|
0
|
1342
|
0
|
0
|
Nglebur
|
0
|
1358,42
|
664,57
|
900,94
|
0
|
0
|
2620
|
0
|
0
|
Janjang
|
0
|
81,87
|
91,67
|
21,28
|
4,5
|
0
|
786
|
175,54
|
0
|
Bleboh
|
85
|
15,15
|
15,4
|
150
|
0
|
0
|
2054
|
2,06
|
0
|
Ketringan
|
0
|
254,91
|
984,89
|
0
|
0
|
0
|
1400
|
0
|
0
|
Singonegoro
|
0
|
142,6
|
251,43
|
0
|
0
|
0
|
1360
|
0
|
3605,55
|
Jiken
|
0
|
376
|
2400,36
|
131,3
|
0
|
0
|
1267
|
100,33
|
0
|
Genjahan
|
40
|
54,28
|
65,96
|
48,77
|
0
|
0
|
70
|
2,05
|
0
|
Jiworejo
|
8,35
|
51,29
|
126,44
|
26,11
|
0
|
69,9
|
140
|
0
|
0
|
Bangowan
|
0
|
39,56
|
237,3
|
33,14
|
0
|
0
|
434
|
0
|
0
|
sumber : Potensi Desa, 2008.
Berdasarkan tabel di atas,
penggunaan lahan sebagai pemukiman terbesar terdapat di Nglebur, hal ini
disebabkan karena topografi sebagian besar wilayahnya yang datar dengan kelas
kelerengan 2-5%, juga karena letak Nglebur yang terletak di Jalan yang menghubungkan
Jiken dengan Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, jadi walaupun terletak
di tengah hutan, namun Desa ini masih berkembang.
Luas sawah tadah hujan di Kecamatan
Jiken sangat besar, hal ini menandakan bahwa hampir seluruh desa di Kecamatan
Jiken didominasi oleh sawah tadah hujan selain hutan. Namun hal ini berarti
mayoritas penduduk yang menggantungkan hidupnya pada pertanian hanya dapat
mengolah sawahnya setiap musing penghujan datang sehingga hasil panen
tergantung pada musim. Ketergantungan pada musim ini menyebabkan sawah yang
diolah masyarakat kurang produktif.
Karakteristik Populasi dan Demografi
a. Jumlah, Laju Pertumbuhan dan
Kepadatan Penduduk Kecamatan Jiken
Pada tahun 2010 di Kabupaten Blora,
Kecamatan Jiken merupakan kecamatan kedua tertinggi laju pertumbuhannya setelah
Kabupaten Jepon. Jumlah penduduk di Kecamatan Jiken pada tahun 2010 sebanyak
37.369 jiwa dengan komposisi penduduk terbanyak berada di Desa Jiken. Banyaknya
penduduk di Desa Jiken karena Desa Jiken merupakan ibukota Kecamatan Jiken,
selain itu Desa Jiken juga memiliki kondisi topografi yang datar dis ebagian
wilayahnya, juga karena Desa Jiken terletak di Jalan Raya Blora-Cepu yang
merupakan jalan provinsi di Kecamatan Jiken yang intensitas volume kendaraannya
cukup tinggi.
Jumlah penduduk dari tahun 2006
sampai 2009 semakin meningkat, namun menurun drastis pada tahun 2010. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya penduduk yang pergi ke luar Kecamatan Jiken untuk
bersekolah, kuliah dan mencari kerja serta suksesnya program Keluarga berencana
di daerah ini. Dari diagram di bawah dapat dilihat bahwa kelurahan yang paling
tinggi penduduknya ialah Kelurahan Jiken dan kelurahan yang paling rendah ialah
Kelurahan Jiworejo.
Kepadatan penduduk didapatkan dari
perhitungan atas jumlah penduduk per kelurahan dibagi dengan luas wilayah per
kelurahan dalam satuan Km2. Dari perhitungan yang telah dilakukan
dapat dilihat bahwa kelurahan Genjahan merupakan kelurahan yang paling padat
penduduknya sedangkan Kelurahan Nglobo merupakan kelurahan yang paling rendah
kepadatan penduduknya. Padatnya penduduk di Kelurahan Genjahan ini salah
satunya disebabkan oleh kondisi infrastruktur Kelurahan Genjahan yang tergolong
sedikit lebih baik daripada kelurahan lainnya serta luas lahannya yang
merupakan luas lahan terkecil di Kecamatan Jiken.
b. Struktur dan Komposisi Penduduk Kecamatan Jiken
Dari piramida penduduk di samping
dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terendah ialah penduduk yang berusia lanjut
dan jumlah penduduk tertinggi ialah penduduk yang berusia produktif. Jumlah
penduduk dengan yang berumur 20 – 24 lebih sedikit daripada umur di bawah dan
di atasnya karena penduduk dengan umur demikian banyak yang memilih pergi untuk
berkuliah dan mencari kerja di luar Kecamatan Jiken. Kemudian dari piramida
penduduk di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi yang baru lahir termasuk
sedikit jumlahnya, salah satu penyebabnya ialah suksesnya program Keluarga
Berencana yang juga diterapkan di kecamatan ini.
Sex ratio didapatkan dari
perhitungan jumlah penduduk pria per kelurahan dibagi dengan jumlah penduduk
wanita per kelurahan di Kecamatan Jiken kemudian dikalikan dengan 100. Apabila
nilai kurang dari 100 maka jumlah penduduk wanita lebih banyak daripada jumlah
penduduk laki – laki, dan sebaliknya apabila nilai lebih dari 100 maka jumlah
penduduk laki – laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa sex ratio di Kecamatan Jiken sangatlah
fluktuatif. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai hal salah satunya ialah migrasi
penduduk laki – laki untuk bekerja di luar pulau sehingga jumlah penduduk
perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki – laki. Kurangnya penduduk
laki – laki menyebabkan kurangnya tenaga untuk melaksanakan pembangunan
sehingga apabila keadaan ini semakin diperparah maka pembangunan di Kecamatan
Jiken akan semakin terhambat.
c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mayoritas penduduk Kecamatan Jiken
bekerja sebagai petani, buruh tani dan pedagang. Hal ini dikarenakan banyakknya
penggunaan lahan sawah di Kecamatan Jiken sehingga banyak masyarakatnya yang
menggantungkan hidup pada bidang pertanian.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Nama Desa
|
Bidan
|
Dukun bayi
|
buruh tani
|
Pedagang
|
Petani
|
Pengrajin
|
PNS
|
TNI
|
Karyawan Swasta
|
Tukang Kayu
|
Tukang Batu
|
Guru Swasta
|
Nglobo
|
1
|
1
|
172
|
414
|
128
|
1
|
25
|
16
|
106
|
8
|
9
|
5
|
Cabak
|
0
|
1
|
49
|
194
|
28
|
8
|
79
|
10
|
42
|
0
|
9
|
6
|
Nglebur
|
1
|
3
|
521
|
3908
|
6
|
2
|
12
|
2
|
34
|
4
|
6
|
0
|
Janjang
|
1
|
2
|
578
|
496
|
12
|
4
|
14
|
0
|
354
|
14
|
12
|
0
|
Bleboh
|
1
|
2
|
1501
|
2312
|
125
|
155
|
55
|
10
|
0
|
21
|
22
|
0
|
Ketringan
|
1
|
2
|
216
|
4360
|
15
|
0
|
19
|
9
|
21
|
78
|
5
|
0
|
Singonegoro
|
0
|
1
|
131
|
532
|
16
|
0
|
9
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
Jiken
|
1
|
2
|
1519
|
1409
|
28
|
14
|
148
|
44
|
261
|
17
|
14
|
12
|
Genjahan
|
0
|
0
|
175
|
156
|
51
|
9
|
95
|
25
|
30
|
46
|
20
|
8
|
Jiworejo
|
0
|
0
|
10
|
370
|
13
|
0
|
17
|
0
|
0
|
21
|
22
|
0
|
Bangowan
|
1
|
2
|
43
|
385
|
8
|
0
|
4
|
4
|
49
|
30
|
18
|
0
|
sumber : Potensi Desa, 2008.
Karakteristik Kegiatan Ekonomi
Kecamatan Jiken merupakan Kecamatan
yang memiliki potensi terbesar di bidang pertanian, hal ini ditandai oleh
dominannya penggunaan lahan berupa pertanian pada Kecamatan Jiken. Berikut
tabel PDRB Kecamatan Jiken:
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2009
Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan
Jiken Tahun 2009
Lapangan Usaha/Sektor
|
Tahun 2009
|
Pertanian
|
39,453
|
Pertambangan dan Penggalian
|
59
|
Industri Pengolahan
|
2,38
|
Listrik, Gas, dan Air Bersih
|
483
|
Bangunan
|
3,097
|
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
|
6,072
|
Angkutan dan Komunikasi
|
888
|
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
|
4,717
|
Jasa – jasa
|
4,379
|
PDRB
|
61,528
|
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2009
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa sektor utama penunjang perekonomian masyarakat Kecamatan Jiken yaitu
sektor pertanian sebesar 39,453. Sehingga mayoritas mata pencaharian masyarakat Kecamatan Jiken sebagai petani.
Adapun komoditas pertanian di Kecamatan Jiken adalah padi, jagung, ketela
pohon, kacang tanah, dan kacang hijau. Berikut adalah rata – rata produksi di
Kecamatan Jiken :
Luas Panen dan Produksi Sektor
Perekonomian Kecamatan Jiken Tahun 2009
Komoditas
|
Luas Panen/Ha
|
Produksi Ton
|
Rata-Rata
Produksi (Kw/Ha)
|
Padi Sawah
|
2056
|
11748
|
57,14
|
Padi Ladang
|
3
|
12
|
40
|
Ketela Pohon
|
14
|
172
|
122,86
|
Kacang Tanah
|
9
|
8
|
8,89
|
Kacang Hijau
|
11
|
10
|
9,09
|
Sumber: Kecamatan
Dalam Angka 2009
Selain sektor pertanian, pertumbuhan
ekonomi di Kecamatan Jiken juga didukung oleh industri. Industri yang
berkembang di Kecamatan Jiken terdiri dari 3 seksi, yaitu seksi IHH yang
terdiri dari industri kerajinan yang berbahan baku kayu, kemudian seksi Ilmea
yang terdiri dari kerajinan pandai besi lalu seksi agro yang terdiri dari
industri makanan dan minuman.
Jenis dan Jumlah Industri di Kecamatan Jiken
No
|
Jenis Industri
|
Jumlah Industri
|
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
|
|
I
|
Seksi Agro
|
22
|
51
|
|
1
|
Tempe
|
3
|
10
|
|
2
|
Tahu
|
5
|
11
|
|
3
|
Kerupuk
Rambak
|
4
|
14
|
|
4
|
Ceriping
Ketela
|
1
|
1
|
|
5
|
Ceriping
Pisang
|
9
|
12
|
|
6
|
Minuman
Ringan
|
1
|
1
|
|
7
|
Tape
Ketela
|
3
|
6
|
|
8
|
Marning
Jagung
|
1
|
1
|
|
9
|
Tape
Ketela
|
|||
II
|
Seksi IHH
|
|||
1
|
Furniture
dari Kayu
|
22
|
39
|
|
2
|
Ukir
Tunggak
|
14
|
35
|
|
3
|
Kerajinan
Bambu
|
3
|
6
|
|
4
|
Meubel
Kayu
|
11
|
30
|
|
IV
|
Seksi Ilmea
|
|||
1
|
Pande Besi
|
3
|
9
|
|
2
|
Bengkel
Sepeda Motor
|
11
|
21
|
|
3
|
Bengkel
Sepeda dan Tambal Ban
|
|||
4
|
Konveksi
|
5
|
6
|
|
5
|
Bengkel
Las
|
1
|
3
|
|
6
|
Kemasan
|
1
|
1
|
sumber : Data Disperindagkop, 2008
Jenis Industri Dirinci Perdesa
Desa
|
Jumlah
Industri Kayu
|
industri makanan dan minuman
|
Kerajinan akar jati
|
kerajinan anyaman bambu
|
bengkel las
|
Konveksi
|
Bengkel motor
|
industri kemasan
|
industri lainnya
|
Nglobo
|
6
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Cabak
|
4
|
3
|
7
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
Nglebur
|
8
|
9
|
5
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
Janjang
|
0
|
5
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Bleboh
|
8
|
8
|
1
|
0
|
3
|
4
|
3
|
0
|
0
|
Ketringan
|
5
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
Singonegoro
|
5
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jiken
|
10
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
Genjahan
|
9
|
5
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
Jiworejo
|
6
|
5
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
Bangowan
|
3
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
sumber : Data Disperindagkop, 2008
Industri yang memiliki jumlah
terbanyak adalah industri kayu yang ada di Kecamatan Jiken. Keberadaan
Industri di Kecamatan Jiken, membuktikan bahwa kegiatan industri kayu
berkembang, walaupun tidak padat. Sektor industri lain yang mendominasi adalah
industri makanan dan minuman. Industri makanan dan minuman yang berkembang di
desa – desa di Kecamatan Jiken biasanya dipelopori oleh kelompok tani, PKK dan
LMDH.
Jiken juga memiliki potensi minyak
yang tersebar di Desa Bangowan, Nglobo dan Janjang. Dimulai dengan Desa Nglobo.
Desa Nglobo merupakan salah satu desa yang memiliki potensi paling besar di
Kecamatan Jiken. Potensi tersebut adalah adanya sumber minyak, yang telah
dikelola oleh pihak pertamina. Sehingga menjadikan Desa Nglobo sebagai salah
satu ring pertamina (daerah yang sumber minyaknya diolah oleh
pertamina). Semenjak menjadi ring pertamina Desa Nglobo
memiliki nama lain yaitu Distrik II Pertamina.
Berdasarkan hasil wawancara, didapat
suatu fakta jika semenjak adanya pertamina di Desa Nglobo ternyata tidak ada
hal yang namanya kompensasi atau bagi hasil antara pihak pertamina dengan Desa
Nglobo. Ibarat kata Desa Nglobo dengan pihak pertamina terdapat suatu tembok
besar sebagai pembatas bahwa kawasan Distrik II Nglobo adalah milik pertamina
dan pertamina tidak berhak diganggu Desa Nglobo. Hal ini menjadi suatu ironi,
mengingat Desa Nglobo merupakan penghasil minyak bumi di Kabupaten Blora.
Selain tidak adanya bagi hasil,
pihak pertamina juga tidak memiliki inisiatif sendiri guna pembangunan
infrastruktur bagi Desa Nglobo sehingga membuat warga desa Nglobo mengajukan
protes untuk pembangunan desa mereka. Setelah dilakukannya protes ini barulah
dilaksanakan pembangunan infrastruktur pada desa Nglobo. Pertamina juga hanya
menyerap tenaga kerja buruh tambang dari warga desa Nglobo dan terkadang jasa
buruh tersebut tidak dibayar.
Sumber minyak lain yang ada di
Kecamatan Jiken terletak di Desa Bangowan, tepatnya di sumur minyak banyubang.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, sumber minyak yang ada di Desa
Bangowan merupakan sumur tua peninggalan jaman penjajahan Belanda. Terdapat 24
sampai 26 titik sumur tua yang ada di Desa Bangowan. Namun yang beroperasi
secara penuh baru 2 titik sumur dan 1 titik sumur masih dalam tahap menuju
pengoperasian secara penuh. Pengolahan sumu minyak di Desa Bangowan berbeda
dengan di Desa Nglobo. Desa Nglobo pengolahannya dilakukan oleh pihak
pertamina. Namun untuk Desa Nglobo, pengolahan sumur minyak dilakukan oleh
investor yaitu PT. Witsun Indonesia Perkasa. Perusahaan ini bergerak
khusus di bidang perminyakan secara swasta, berpusat di Jakarta.
Sistem pengolahan minyak di Desa Bangowan adalah semi tradisional.
Semitradisional adalah suatu sistem yang masih menggunakan timba manual, namun
ditarik oleh tenaga mesin ( truk). Pelaksanaan pengambilan minyak di Desa
Bangowan merupakan kerjasama dengan KUD Kecamatan Jiken. Kedudukan KUD
Kecamatan Jiken merupakan pihak yang memberikan ijin bagi PT. Witsun Indonesia
Perkasa guna mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumur minyak di Desa Bangowan.
PT. Witsun Indonesia Perkasa kemudian memberikan kompensasi ke KUD Jiken sesuai
dengan kesepakatan yang mereka buat. Hasil minyak yang dipompa oleh PT. Witsun
Indonesia Perkasa disetor ke pihak pertamina secara gratis. Pihak pertamina
hanya mengganti ongkos angkat dan angkut minyak. Angkat artinya mengangkat
minyak dari dalam bumi, angkut artinya mengangkut minyak dari Desa Bangowan ke
pertamina.
Terlihat jelas bahwa sistem pengolahan minyak di Desa Nglobo dan Bangowan
berbeda. Menurut Bapak Teguh selaku Manajer KUD Kecamatan Jiken, mengatakan
bahwa pengolahan minyak di Desa Bangowan memberikan dampak yang lebih baik daripada
di Desa Nglobo. Sebab ada kompensasi dana dari PT. Witsun Indonesia Perkasa
untuk Kecamatan Jiken dan Desa Bangowan, meskipun tidak mencapai milyaran.
Karakteristik Infrastruktur dan Fasilitas
a. Kondisi Infrastruktur
1. Jalan
Kondisi infrastruktur
di Kecamatan Jiken banyak yang mengalami kerusakan terutama pada jalan yang
menghubungkan antar dukuh di desa – desa. Hirarki jalan di Kecamatan
Jiken berdasarkan kelasnya terbagi menjadi jalan provinsi, jalan kabupaten dan
jalan lokal. Mayoritas kondisi jalan yang terdapat di Kecamatan Jiken dalam
kondisi rusak ringan dengan persentase 76,6%. Penjabaran kondisi jalan di Kecamatan
Jiken akan dicantumkan ke dalam tabel dibawah ini :
Kondisi Jalan Kecamatan Jiken
Kondisi Jalan
|
Tahun 2011
|
Persentase
|
Jalan Baik
|
4 Km
|
1,6 %
|
Jalan Sedang
|
50 Km
|
18,2 %
|
Jalan Rusak Ringan
|
210 Km
|
76,6 %
|
Jala Rusak Berat
|
10 Km
|
3,6 %
|
Sumber : PSIDP Kab.Blora Tahun 2011
Kondisi jalan di Kecamatan Jiken
cukup memprihatinkan. Kondisi jalan yang cukup baik hanyalah pada ruas Jalan
Raya Blora – Cepu, itupun dengan keadaan jalan yang sedikit berlubang, serta
jalan lokal yang menghubungkan kelurahan dengan jalan raya tersebut. Selebihnya
untuk jalan yang lebih dalam mayoritas kondisinya rusak parah. Hal ini selain
karena banyaknya kendaraan yang lewat berupa truck pengangkut kayu dan minyak,
juga karena tidak cairnya dana dari kabupaten, sehingga dalam memperbaiki
infrastrukturnya masyarakat bekerjasama dengan LMDH bahu membahu dalam mencari
dana.
Kondisi jalan ini dapat memberikan
pengaruh terhadap tingkat aksesbilitas di Kecamatan Jiken. Salah satu pengaruh
ini adalah ini jarak tempuh akan lebih lama apabila kondisi jalan dalam keadaan
rusak, sedangkan jarak tempuh akan lebih cepat apabila kondisi jalan dalam
keadaan baik. Pergerakan aktivitas ini juga akan semakin lama sehingga tingkat
aksesbilitas juga akan mengalami kendala. Dalam perekonomian kondisi jalan yang
rusak mampu mempengaruhi tingkat laju pertumbuhan perekonomian di Kecamatan
Jiken karena laju pergerakan jual beli juga akan memakan jarak tempuh yang
lebih lama.
2. Jaringan Listrik dan Telepon
Jaringan listrik yang
tersedia di Kecamatan Jiken sudah dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat
secara keseluruhan. Kecamatan Jiken pada umumnya telah memanfaatkan jasa tenaga
listrik yang disediakan oleh PLN. K
Sedangkan untuk
jaringan telekomunikasi tidak digunakan secara maksimal oleh masyarakat.
Masyarakat lebih memilih menggunakan telepon genggam karena dinilai lebih
efektif. Oleh karena itu ketersediaan jaringan telekomunikasi rata – rata sudah
ditiadakan. (Sumber : Kepala Desa Ketringan)
3. ` Sampah
Sistem persampahan di
Kecamatan Jiken masih menggunakan sistem tradisional berupa menggali lubang
tanah disekitar pekarangan rumah yang berfungsi sebagai tempat menimbun sampah
atau membakar sampah. Menurut hasil wawancara oleh salah satu warga di Desa Ketringan
“pembakaran sampah biasanya dilakukan dua hari sekali atau lebih, tergantung
dari volume sampah yang dihasilkan”.
Sistem persampahan ini
dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Dampak positif
dapat dilihat dari jenis sampah yang dihasilkan, apabila jenis sampah tersebut
tergolong kedalam sampah organik maka masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai
pupuk kompos, sedangkan untuk jenis sampah anorganik masyarakat dapat menjual
atau menjadikannya sebagai kerajinan tangan. Dampak negatif yang diperoleh
berasal dari asap pembakaran sampah yang dapat memberikan efek polusi.
4. Jaringan Air Bersih
Jalinan kerjasama yang
dilakukan Kecamatan Jiken dengan Mobile Cepu Limited (MCL) mengakibatkan
jaringan air bersih rata – rata dalam keadaan baik dan memadai. Melalui bantuan
dana dari pihak asing tersebut, masyarakat dapat membangun sumur artesis dan
fasilitas penunjang kebutuhan air bersih di Dusun Watulumbung dengan kedalaman
sumur mencapai 132 meter karena pada saat musim kemarau panjang Kecamatan Jiken
dilanda kekeringan. Pemerintah juga telah mengadakan PAMSIMAS (Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) dengan bantuan dan sosialisasi dari
pemerintah untuk masalah penyediaan air minum masyarakat.
Selain berasal dari
PAMSIMAS, masyarakat Kecamatan Jiken juga menggunakan air bersih yang berasal
dari sumur pompa, sumur gali, dan mata air. Ketersediaan air bersih ini
sudah dapat mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat secara maksimal yang
dapat digunakan sehari – hari. Masyarakat tidak menggunakan air bersih dari
PDAM karena saluran air PDAM belum tersedia di wilayah ini. Bantuan air bersih
tersedia saat musim kemarau tiba. Menurut hasil wawancara dari Kepala Desa
Singonegoro “pada musim kemarau ini masyarakat mendapat bantuan air bersih
sebesar 20.000 liter air setiap harinya dari pihak pemerintah ke setiap
kelurahan yang ada di Kecamatan Jiken”
5. Drainase dan Sanitasi
Sistem drainase di
Kecamatan Jiken mempunyai sistem yang berbeda. Perbedaan ini berada di sistem
drainase sepanjang Jl. Raya Blora Cepu dan sistem drainase yang berada di
kawasan pedesaan. Untuk sistem drainase di sepanjang Jl. Raya Blora Cepu
menggunakan sistem drainase terbuka yang berfungsi untuk menampung aliran air
hujan, sedangkan untuk sistem drainase yang berada di kawasan pedesaan masih
menggunakan sistem alami, dengan sistem ini aliran air dari air hujan maupun
dari air keluaran rumah tangga mengalir kesekitar jalan. Kondisi ini sangat
menggangu kebersihan dan dapat merusak lingkungan yang ada. Keadaan
sanitasi di Kecamatan Jiken hanyalah berupa septic tank yang
ada di tiap rumah. Untuk pembuangan limbah rumah tangga, maka hanya dibiarkan
mengalir di tanah karena belum dibangunnya saluran yang khusus untuk
membuang limbah rumah tangga ke sungai.
Sarana dan Prasarana
1. Pendidikan
Sarana pendidikan yang
tersedia di Kecamatan Jiken hanya tersedia dari tingkat TK, SD, SMP dan
Madrasah Diniyah. Ketersediaan sarana pendidikan di Kecamatan Jiken kurang
memadai, hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah unit yang tersebar di setiap
kelurahan berdasarkan dari unit masing – masing. Untuk tingkat TK hanya Desa
Bangowan yang belum tersedia, untuk tingkat SD penyediaan sudah ada di setiap
kelurahannya, untuk tingkat SMP penyediaan masih sangat minim dan belum dapat
mencakup di setiap kelurahan, untuk madrasah diniyah hanya tersedia di dua
kelurahan yaitu Kelurahan Ketringan dan Kelurahan Jiworejo. Penyediaan sarana
pendidikan unit SMA dan sederajat di Kecamatan Jiken belum tersedia sama
sekali, hal ini menjadikan siswa – siswi harus bersekolah di Kecamatan lainnya
seperti di Kecamatan Jepon yang sudah tersedia sarana pendidikan unit SMA dan
sederajat. Berikut tabel jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Jiken :
Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan
Jiken
Kelurahan
|
TK
|
SD
|
SMP
|
Madrasah Diniyah
|
Nglobo
|
2
|
2
|
0
|
0
|
Cabak
|
1
|
2
|
0
|
0
|
Nglebur
|
2
|
5
|
1
|
0
|
Janjang
|
1
|
1
|
0
|
0
|
Bleboh
|
1
|
5
|
1
|
0
|
Ketringan
|
1
|
4
|
0
|
1
|
Singonegoro
|
1
|
2
|
0
|
0
|
Jiken
|
2
|
6
|
2
|
0
|
Genjahan
|
1
|
2
|
0
|
0
|
Jiworejo
|
1
|
1
|
2
|
1
|
Bangowan
|
0
|
2
|
0
|
0
|
Jumlah
|
13
|
32
|
6
|
2
|
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2009
2. Kesehatan
Sarana kesehatan yang tersedia
puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu yang menjadi pusat pelayanan
kesehatan di Kecamatan Jiken. Ketersediaan ini sangat kurang memadai.Sarana
kesehatan rumah sakit belum tersedia di Kecamatan Jiken, ketersediaan rumah sakit
hanya berada di Kota Blora. Berikut tabel jumlah sarana kesehatan di Kecamatan
Jiken :
Jumlah
Sarana Kesehatan di Kecamatan Jiken
Kelurahan
|
Puskesmas
|
Puskesmas Pembantu
|
Posyandu
|
Nglobo
|
0
|
1
|
1
|
Cabak
|
0
|
1
|
1
|
Nglebur
|
0
|
1
|
1
|
Janjang
|
0
|
1
|
1
|
Bleboh
|
0
|
1
|
1
|
Ketringan
|
0
|
1
|
1
|
Singonegoro
|
0
|
1
|
1
|
Jiken
|
1
|
1
|
0
|
Genjahan
|
0
|
0
|
1
|
Jiworejo
|
0
|
0
|
1
|
Bangowan
|
0
|
0
|
1
|
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2009
Berdasarkan jumlah sarana kesehatan
yang tersedia sarana kesehatan yang menjadi pusat pelayanan masyarakat adalah
puskesmas pembantu dan posyandu. Untuk melihat pelayanan – palayanan kesehatan
yang tersedia di Kecamatan Jiken akan disajikan dalam tabel peringkat desa
berdasarkan sarana kesehatan dibawah ini :
Peringkat Desa Berdasarkan Sarana
Kesehatan Puskesmas
Kelurahan
|
Jumlah Penduduk
|
Puskesmas
|
Cakupan
( jiwa / unit )
|
Nglobo
|
2137
|
0
|
-
|
Cabak
|
2137
|
0
|
-
|
Nglebur
|
5058
|
0
|
-
|
Janjang
|
2479
|
0
|
-
|
Bleboh
|
5084
|
0
|
-
|
Ketringan
|
5319
|
0
|
-
|
Singonegoro
|
2238
|
0
|
-
|
Jiken
|
7924
|
1
|
7924
|
Genjahan
|
2197
|
0
|
-
|
Jiworejo
|
1321
|
0
|
-
|
Bangowan
|
1475
|
0
|
-
|
Sumber: Kecamatan
Dalam Angka 2009
Puskesmas pusat hanya berada di
Kecamatan Jiken yang melayani pelayanan kesehatan dalam lingkup lebih luas.
Pelayanan kesehatan dari puskesmas ini dapat melayani dari wilayah sekitar di
Kecamatan Jiken. Kegiatan pelayanan kesehatan yang masih rutin di lakukan di
Kecamatan Jiken salah satunya adalah posyandu yang dilaksanakan pada tanggal 15
di setiap bulannya.
3. Peribadatan
Sarana peribadatan yang tersedia di
Kecamatan Jiken adalah masjid, musholla, gereja Kristen dan gereja katolik.
Sarana ini sudah dapat melayani masyarakat secara keseluruhan. Berikut tabel
jumlah sarana peribadatan di kecamatan Jiken tahun 2010 :
Jumlah
Sarana Peribadatan di Kecamatan Jiken Tahun 2010
Kelurahan
|
Masjid
|
Musholla
|
Gereja Kristen
|
Gereja Katolik
|
Nglobo
|
3
|
3
|
0
|
1
|
Cabak
|
1
|
8
|
0
|
0
|
Nglebur
|
1
|
17
|
1
|
0
|
Janjang
|
2
|
5
|
0
|
0
|
Bleboh
|
4
|
18
|
0
|
0
|
Ketringan
|
4
|
11
|
0
|
0
|
Singonegoro
|
1
|
5
|
0
|
0
|
Jiken
|
2
|
25
|
1
|
0
|
Genjahan
|
1
|
8
|
0
|
0
|
Jiworejo
|
3
|
6
|
0
|
0
|
Bangowan
|
1
|
3
|
0
|
0
|
Jumlah
|
23
|
109
|
2
|
1
|
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2009
Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa jumlah sarana peribadatan terbanyak yaitu musholla dengan jumlah 109
unit. Hal ini dikarenakan masyarakat di kecamatan Jiken mayoritas menganut
agama islam, sedangkan sarana peribadatan paling sedikit yaitu gereja katholik.
Gereja Katholik ini hanya terletak di Desa Nglobo.
4. Lapangan
Olahraga
Lapangan olahraga yang
tersedia di Kecamatan Jiken berupa lapangan sepakbola, lapangan voli, lapangan
bulutangkis, serta lapangan tenis yang tersebar di seluruh desa di Kecamatan
Jiken kecuali untuk lapangan tenis yang hanya terdapat di Desa Nglobo. Sarana
ini sudah dapat melayani kebutuhan olaharaga masyarakat Kecamatan Jiken
secara keseluruhan. Lapangan olahraga yang paling banyak di Kecamatan Jiken
yaitu lapangan voli dan yang paling sedikit yaitu lapangan tenis. Berikut
tabel jumlah lapangan olahraga di Kecamatan Jiken:
Kondisi/Profil Aspek Lain
Karakteristik Kelembagaan Masyarakat
Kecamatan Jiken memiliki lembaga
masyarakat formal seperti LMDH, KUD, PKK, Kelompok Tani dan Kelompok Wanita
Tani. Sedangkan lembaga non-formal yang ada di Kecamatan Jiken dan desa – desa
di dalamnya adalah Kelompok Majelis Ta’lim yang berjalan di setiap Desa
di Kecamatan Jiken.
a. LMDH
Lembaga adalah wadah dimana
sekumpulan orang berinisiatif untuk memenuhi kebutuhan bersama, dan yang
berfungsi mengatur akan kebutuhan bersama tersebut dengan nilai dan aturan
bersama. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (selanjutnya disingkat LMDH)
adalah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada didalam atau
disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi
terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya. Lembaga
ini merupakan lembaga yang menggunakan langkah partisipatif dalam proses
pendekatan ke masyarakat desa hutannya. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, bahwa Kecamatan Jiken memiliki luas hutan terbesar ketiga
se-Kabupaten Blora, untuk itulah LMDH merupakan lembaga yang dibentuk
oleh Pemerintah Kabupaten Blora sebagai lembaga yang berfungsi membantu
perhutani untuk menjaga keamanan dan mengawasi hutan jati. Pada sebelas
Desa di Kecamatan Jiken ini, LMDH merupakan lembaga yang cukup membantu dalam
hal pembangunan infrastruktur Desa. Berikut ini merupakan peran LMDH pada
beberapa Desa di Kecamatan Jiken berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan :
1. Desa Jiken
Sektor unggulan Kelurahan Jiken
berada di sektor pertanian dan hutan jati. Hutan Jati yang ada di Kecamatan
Jiken dikelola oleh LMDH dan perhutani. LMDH di Kecamatan ini melaksanakan
fungsinya dalam mengawasi hutan dan menjaga kemanan hutan jati untuk
menghindari besarnya angka penebangan liar dan pencurian kayu jati. LMDH juga
membantu mengelola hasil produksi hutan jati yang ada di Desa Jiken ini dan
sebagai timbal baliknya, LMDH mengadakan sistem sharing atau
bagi hasil antara LMDH dengan pemerintah desa. Sistem sharing atau
bagi hasil ini dilakukan dengan membagi keuntungan dari hasil produksi hutan
sebesar 20% yang selanjutnya digunakan untuk biaya operasional LMDH dan
pembangunan infrastruktur di Desa Jiken seperti seperti jalan, Masjid, dan
Jembatan. Selain dari sharing manfaat yang dirasakan penduduk
Desa Jiken adalah diberikannya limbah jati yang berupa akar jati secara gratis
dan dapat diambil oleh penduduk untuk diolah menjadi mebel dan ukiran, yang
kemudian dijual sebagai tambahan pendapatan penduduk selain dari hasil
pertanian.
2. Desa Cabak
Lembaga yang mengelola hutan jati yang
ada di Desa Cabak adalah Perhutani dan LMDH. Di mana sistem sharing untuk
hasil produksi hutan adalah sebesar 22% (10% untuk desa, 12% untuk LMDH).
Penggunaan dari pembagian hasil hutan tersebut dirembug oleh para petinggi
kelurahan sehingga nantinya hasil pembagian tersebut dapat dinikmati oleh
penduduk Kelurahan Cabak. Hasil kayu digunakan untuk pembangunan fisik. Baru –
baru ini hasil sharing dari hasil produksi hutan digunakan
untuk pembuatan PAUD yang terletak di sebelah kantor Kepala Desa. LMDH di Kelurahan
Cabak berdiri sejak tahun 2002. Untuk pemotongan dan penjualan kayu dilakukan
oleh Perhutani dengan merekrut penduduk Kelurahan Cabak. Akar dari pohon jati
yang ditebang diambil oleh penduduk untuk dijual kepada pembuat kerajinan dari
akar kayu jati. Dalam pemrosesan perizinan pengambilan akar kayu jati tersebut
bisa izin ataupun tidak mengikuti keadaan yang ada.
3. Desa Nglobo
LMDH yang bekerja sama dengan Desa
Nglobo ini membantu dalam hal keamanan dan sharing atau bagi
hasil penjulan produksi hutan jati yang dimiliki oleh desa Nglobo. 20% dari
hasil penjualan tersebut diberikan ke desa untuk membantu pembangunan desa
tersebut.
4. Desa Bangowan
Sama halnya dengan Desa Nglobo,
hutan yang ada di Desa Bangowan ini dikelola oleh LMDH dan sharing yang
ditawarkan adalah sebesar 20% yang kemudian digunakan untuk biaya operasional
LMDH dan Desa Bangowan untuk membangun infrastruktur jalan di Desanya.
b. KUD (Koperasi Unit Desa)
Koperasi Unit Desa adalah suatu
Koperasi serba usaha yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah
pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencangkup satu wilayah kecamatan.
Pembentukan KUD ini merupakan penyatuan dari beberapa Koperasi pertanian yang
kecil dan banyak jumlahnya dipedesaan. Selain itu KUD memang secara resmi
didorong perkembangannya oleh pemerintah. Menurut instruksi presiden Republik
Indonesia No 4 Tahun 1984 Pasal 1 Ayat (2) disebutkan bahwa pengembangan KUD
diarahkan agar KUD dapat menjadi pusat layanan kegiatan perekonomian didaerah
pedesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional
dan dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program lintas sektoral.
Di Kecamatan Jiken sendiri KUD yang ada disana pada awalnya hanya sebagai
distributor pupuk bagi petani di Kecamatan Jiken. Kemudian seiring dengan
berjalannya waktu dan proses pembinaan dan manageman yang baik, kemudian
koperasi ini tumbuh menjadi besar sehingga KUD ini bukan lagi menjadi
distributor melainkan penyuplai langsung kepada petani. Selain berfungsi
sebagai Koperasi yang mengurusi kegiatan pertanian, KUD ini juga menglola
sumberdaya minyak yang ada di kecamatan jiken. Dalam praktiknya, KUD dalam
pengelolaan sumberdaya minyak berperan sebagai pihak ke dua. KUD tersebut
merupakan kepanjangan tangan dari PT PERTAMINA sebagai otoritas pengelolaan
sumberdaya minyak di seluruh Kabupaten Blora, termasuk didalamnya Kecamatan
Jiken. Kemudian, untuk mengeksplorasi sumber minyak tersebut KUD menggandeng
investor sebagai pihak ke tiga.
Investor yang digandeng oleh KUD
adalah PT WITSUN INDONESIA PERKASA. Investor ini berperan sebagai penyuntik
dana sekaligus menyediakan ahli teknis dalam menambang sumber minyak yang ada
di Kelurahan Bangowan. Sebagai timbal baliknya, PT WITSUN INDONESIA PERKASA
mendapat ongkos angkat dan angkut. Ongkos angkat dan angkut tersebut dibayar
1000-1500 per liter. Ongkos angkat dan angkut tersebut dibayar oleh PERTAMINA.
Kemudian dari ongkos tersebut dibagi dua yaitu untuk pihak KUD dan PT WITSUN
IP. Sumber minyak yang berada di Kelurahan Bangowan ini dapat memproduksi
minyak per hari yaitu sebanyak 8.000 liter, yang dihasilkan dari dua sumur tua.
Dalam proses penambangan, para pekerja penambangnya mayoritas adalah penduduk
Kelurahan Bangowan. Mereka mendapat upah per minggu sebanyak 210 ribu untuk
pegawai kasar.
c. PKK
Organisasi yang ada di Kelurahan
Ketringan hanya berjumlah dua yaitu PKK. PKK ini beranggotakan ibu – ibu rumah
tangga yang berjumlah ± 100 jiwa. Kegiatan PKK dilakukan setiap
tanggal 15 atau dipertengahan bulan. kegiatan yang dilakukan dalam oganisasi
ini antara lain membahas rencana produk kreatifitas dari cabai yang akan dibuat
sebagai bubuk pedas, pelatihan kreatifitas ini berasal dari LMDH yang diadakan
1 bulan 2 kali sampai anggota PKK benar – benar memahami cara pengolahan dan
cara penjualan.
d. Kelompok Tani
Di Kecamatan Jiken terdapat 53
Kelompok Tani yang tersebar di masing – masing Desa di Kecamatan Jiken. Kelompok
tani tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan
meningkatkan hasil pertanian di Kecamatan Jiken. Berikut ini merupakan data
Kelompok Tani di Kecamatan Jiken :
Data Kelompok Tani Kecamatan Jiken
No.
|
Desa
|
Kelompok
Tani
|
1
|
Bangoan
|
Sidodadi I
|
Sidodadi
II
|
||
Timbul
Mulyo
|
||
Sumber
Rejeki
|
||
2
|
Nglebur
|
Sumber
Rejeki I
|
Sumber
Rejeki II
|
||
Guwo
Makmur
|
||
Sido
Makmur
|
||
3
|
Bleboh
|
Sido Dadi
Makmur
|
Suko
Martani
|
||
Sido Rukun
|
||
Sri Rejeki
|
||
Sido Mulyo
|
||
Sido Cukup
|
||
4
|
Genjahan
|
Suka Maju
I
|
Suka Maju
II
|
||
Jati Indah
|
||
Sumber
Makmur
|
||
5
|
Jiworejo
|
Tani
Makmur
|
Sumber
Makmur
|
||
Pakarti
Tani
|
||
Gemah
Ripah
|
||
6
|
Singonegoro
|
Mekar Sari
|
Karya Tani
|
||
Suko Maryo
|
||
Nusantara
|
||
7
|
Janjang
|
Rukun Tani
|
Tani Jaya
|
||
Janjang
Subur
|
||
8
|
Jiken
|
Mustika
Jaya I
|
Mustika
Jaya II
|
||
Ngudi
Subur
|
||
Mekar Sari
|
||
Tani
Bersemi
|
||
Tani
Makmur
|
||
Ngudi
Rahayu
|
||
Tani Jaya
|
||
Cempaka
Sari
|
||
9
|
Ketringan
|
Sehat
Barokah I
|
Sehat
Barokah II
|
||
Sehat
Barokah III
|
||
Barokah
|
||
Sido Mulyo
|
||
Sri Rejeki
|
||
Gempol
Makmur
|
||
Ngapus
|
||
Suko
Makmur
|
||
10
|
Cabak
|
Sido Dadi
I
|
Sido Dadi
II
|
||
Sido Dadi
III
|
||
11
|
Nglobo
|
Sumber
Tani
|
Sumber
Rejeki
|
||
Ngudi
Makmur
|
||
Jumlah
|
53
|
e. Kelompok Wanita Tani
Kelompok Wanita Tani yang ada di
Kecamatan Jiken kelompok ini dibentuk sudah sejak tahun 2000 dengan jumlah
anggota 30 orang dengan anggota dan pengurus seluruhnya adalah perempuan.
Kelompok tani ini didirikan sebagai wadah untuk membantu para petani mengembangkan
pertaniannya, mulai dari proses pembibitan hingga panen. Kelompok wanita tani
ini diprakarsai oleh pemerintah sebagai wujud kepeduliannya terhadap pertanian.
Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani sendiri selain pertanian, mereka
juga ikut dalam even-even perlombaan seperti pameran hasil
produksi khas wilayahnya dan seminar untuk menambah wawasan dibidang pertanian.
Kelompok Wanita Tani yang saat ini masih aktif saat ini ada di Desa Nglebur.
Karakteristik Kultur dan Kondisi Sosial
A. Aspek Kultur
“Kecamatan Jiken merupakan Kecamatan
di Blora yang masih mempertahankan kearifan dan budaya lokalnya di tengah
terjangan arus modernisasi saat ini”
Seperti yang telah dijabarkan oleh
Bapak Sunanto selaku Camat Kecamatan Jiken bahwa Jiken merupakan salah satu
Kecamatan di Kabupaten Blora yang masih mempertahankan budaya lokalnya dan
melestarikannya dengan mewarisinya ke generasi – generasi berikutnya. Salah
satu budaya yang masih kental dilaksanakan di sebelas desa di Kecamatan Jiken
adalah Tradisi Sedekah Bumi. Tradisi sedekah bumi ini rutin
dilaksanakan pada masa panen padi setiap tahunnya. Tradisi ini dilakukan
sebagai wujud syukur kepada yang maha kuasa atas hasil panen yang didapatkan
pada tahun tersebut. Tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan di Kecamatan Jiken
biasanya diwali dengan berkumpulnya warga di loaksi tertentu di Desanya masing
– masing, Jiworejo contohnya, tradisi sedekah bumi di Desa ini dilaksanakan di
bawah pohon beringin besar yang memiliki ruang cukup besar untuk menampung
warga yang ikut dalam prosesi sedekah bumi. Setelah seluruh warga berkumpul,
tradisi sedekah bumi dimulai dengan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa atas
hasil panen yang didapatkan, setelah itu prosesi dilanjutkan dengan membangikan
nasi beserta lauk-pauk, buah – buahan, dan kue yang dibungkus dengan daun jati
kepada warga dan kemudian acara dilanjutkan pada malam hari dengan pertunjukkan
tari tayub dan barongan.
Menurut masyarakat Kecamatan Jiken,
tradisi sedekah bumi yang paling kental adalah di Desa Janjang, kawasan yang
sebagian besar lahannya terdiri dari sawah tadah hujan yang hanya mampu
ditanami padi dua kali setahun ini membuat warga Desa Janjang sangat menghargai
tanaman pangan, terutama padi. Penghargaan itu diwujudkan dengan tindakan
paling sederhana yaitu tidak menyisakan nasi sedikitpun setiap kali makan. Jika
tersisa sekalipun dijadikan makanan ayam. Tradisi sedekah bumi di Desa ini juga
dilaksanakan setelah masa panen, biasanya setiap Malam Jum’at pon di bulan
Sapar (bulan jawa). Warga desa menyebut
tradisi yang dilaksanakan sebagai ungkapan syukur atas pemberian Sang Maha
Hidup itu sebagai Manganan Janjang.
Rangkaian Manganan
Janjang dimulai pada malam acara sedekah bumi dengan menampilkan wayang krucil
di rumah kepala desa dengan lakon Mbedah Nagari Makadam Lakon itu berkisah
tentang pertentangan antara pemeluk agama Nasrani dan Islam yang berakhir
dengan perdamaian. Ungkapan syukur tidak hanya dengan memberi sedekah,
melainkan juga memelihara kedamaian antarsesama manusia yang berbeda latar
belakang. Pada acara sedekah bumi dari pagi hingga sore, rangkaian Manganan
Janjang memasuki tahap hajatan yang di gelar di halaman makam Jati Kusuma.
Warga dan pengunjung membawa nasi urap, tumpeng bucu, dan ayam panggang untuk
dijadikan satu dalam sebuah tempat.
Pada saat itu,
pergelaran wayang krucil kembali dilanjutkan. Pertunjukan itu dipadukan dengan
kupat luwar, melepas ikatan ketupat berisi beras kuning dan uang receh dalam
satu kali tarikan. Terurainya ketupat merupakan symbol terlepasnya seseorang
dari masalah. Seusai pertunjukan, nasi urap yang semula dijadikan satu
dibagikan kembali kepada warga dan pengunjung dengan dibungkus daun jati. Warga
Desa janjang membagi-bagikan nasi dan urap itu dalam tampah untuk dimakan
bersama-sama. Warga dan pengunjung juga memperoleh pembagian air dari gentong
atau guci peninggalan leluhur desa. Nasi, daun jati, dan air merupakan
pemberian Sang Pencipta. Ketiganya dipercaya menjadi pertanda kehidupan di
tahun berikutnya. Jika nasi yang diberikan kurang, menandakan paceklik panjang.
Jika daun jati pembungkus kurang, pertanda panen tembakau gagal. Begitu pula
jika air yang diberikan tidak mencukupi, berarti musim kemarau akan berlangsung
lama.
Menurut adat istiadat
dalam tradisi atau budaya ini, di antara makanan yang menjadi makanan pokok
yang harus ada dalam tradisi ritual sedekah bumi adalah nasi tumpeng dan ayam
panggang. Sedangkan yang lainnya seperti minuman, buah-buahan dan lauk-pauk
hanya bersifat tambahan saja, tidak menjadi perioritas yang utama. Dan pada
acara akhir, nantinya para petani biasanya menyisakan nasi, kepala dan ceker
ayam, ketiganya dibungkus dan diletakkan di sudut-sudut petak sawahnya
masing-masing. Dalam puncaknya acara ritual sedekah bumi diakhiri
dengan pertunjukan Barongan, Wayang (wayang kulit atau wayang krucil) atau
Tayub yang merupakan ciri khas kesenian Blora dan kemudian melantunkan doa
bersama-sama oleh masyarakat setempet dengan dipimpin oleh pemuka agama
setempat atau sesepuh kampung yang sudah sering dan terbiasa
memimpin jalannya ritual tersebut.
Tradisi sedekah bumi yang
dilaksanakan di Desa Janjang ini biasanya diikuti juga oleh 2 Desa
disekitarnya, yaitu Desa Bleboh dan Nglebur. Warga dari kedua desa ini
berbondong – bondong ke Desa Janjang untuk mengikuti ritual sedekah bumi,
karena alasan inilah yang membuat tradisi sedekah bumi di Desa Janjang dikenal
sebagai perayaan terbesar di Kecamatan Jiken. Tradisi sedekah bumi ini juga berlangsung
di Desa lainnya di Kecamatan Jiken, rata – rata setiap prosesinya sama, hanya
waktu pelaksanaan dan jenis hiburannya saja yang berbeda – beda, ada yang hanya
menampilkan pertunjukan tayub, ada yang menampilkan barongan dan ada juga yang
menampilkan pertunjukkan wayang krucil yang menjadi ikon Kecamatan Jiken serta
ada juga yang menampilkan ketoprak.
B. Aspek Sosial
Hubungan sosial merupakan salah satu
kunci kesuksesan akan keberhasilan membangun suatu wilayah. Secara keseluruhan
hubungan antara penduduk satu dengan lainnya di Kecamatan Jiken cukup akrab.
Hal ini ditandai dengan seringnya diadakan pertemuan antar warga baik dalam
rangka pertemuan yang formal (misalnya : pertemuan antar kepala Desa dengan
ketua RT dan Ketua RW) maupun non formal yang mana dalam pertemuannya membahas
mengenai jalan keluar dari berbagai permasalahan yang ada. Pertemuan ini
dilaksanakan di hampir seluruh Desa di Kecamatan Jiken, biasanya dilaksanakan
setiap bulan. Di Desa Bangowan, pertemuan warga ini pernah dilakukan untuk
membahas tentang warga yang akan didaftarkan atau direkomendasikan untuk
menjadi tenaga kerja di sumur minyak Banyubang yang dikelola oleh PT. Witsun
Indonesia.
Selain pertemuan warga, hubungan
warga di desa – desa Kecamatan Jiken ini juga diwujudkan dengan kegiatan gotong
royong warga dalam hal membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka
maupun dalam hal pembangunan Desa. Salah satu desa yang melaksanakan
pembangunan secara bersama – sama adalah Desa Singonegoro. Desa Singonegoro
membangun drainase di Desa Singonegoro yang didanai oleh PNPM. Pembangunan
drainase ini dilaksanakan sejak awal bulan mei. Warga yang mayoritas terdiri
dari bapak – bapak ini berbondong – bondong melakukan pembangunan drainase
setiap harinya dimulai pada pukul 08.00 pagi hingga pukul 15.00 sore.
Selain kegiatan pertemuan warga dan
gotong royong, di sebelas desa di Kecamatan Jiken yang mayoritas penduduknya
beragama islam juga terdapat kegiatan majelis ta’lim yang dilakukan oleh
kelompok majelis ta’lim yang ada di setiap desanya. Selain itu, kegiatan ibu-
ibu PKK juga berlangsung di di hampir seluruh Desa di Kecamatan Jiken, contoh
Desa yang aktif melaksanakan kegiatan PKK adalah Desa Singonegoro, kegiatan PKK
ini dilaksanakan setiap tanggal 15 setiap bulannya. Kegiatan yang biasanya
berlangsung adalah penyuluhan mengenai keterampilan menjahit bagi wanita –
wanita di Desa Singonegoro. Tindakan penyuluhan ini kemudian dilanjutkan dengan
melaksanakan pelatihan menjahit agar keterampilan warga dapat ditingkatkan.
Mayoritas penduduk Desa di Kecamatan
Jiken masih mengandalkan hidupnya pada hasil pertanian dan perkebunan tanpa
memikirkan prospek sumber daya alam lain mereka yang berlimpah namun telah
dikuasai oleh negara. Mereka lebih mementingkan bagaimana mereka bisa
mendapatkan beras dan bisa makan. Kondisi demikian dapat cukup mengkhawatirkan
mengingat banyaknya warga yang tidak memperdulikan perkembangan ekonomi yang
fluktuatif saat ini. Desa yang terletak di pinggiran Kecamatan Jiken seperti
Desa Janjang juga terkesan menutup diri mereka terhadap orang di luar desa
merekan karena takut dapat menimbulkan efe buruk bagi desa mereka.
Karakteristik Pemerintahan
Pemerintahan di Kecamatan Jiken
merupakan pemerintah kecamatan yang dikepalai oleh Camat Desa Jiken dan
perangkat – perangkatnya. Saat ini Kepala Kecamatan Jiken adalah Bapak Sunanto.
Camat beserta Perangkat Kecamatan Jiken rutin menghadiri kegiatan – kegiatan
yang berlangsung di desanya, terutama pada saat tradisi sedekah bumi
berlangsung. Pada pelaksanaan tradisi sedekah bum di Desa Jiworejo misalnya,
acara akan dimulai setelah bapak camat dan perangkat kecamatan tiba di lokasi pelaksanaan
tradisi, biasanya bapak camat akan memberikan sambutan sebelum memulai acara.
Pemerintahan di sebelas Desa di
Kecamatan Jiken merupakan pemerintah desa yang dikepalai oleh Kepala Desa dan
perangkat – perangkatnya yang biasanya terdiri dari bapaK “carik” dan
Pak “bayan” . Bapak Carik ini adalah sebutan untuk Sekretaris Desa
di setiap Desa di Kecamatan Jiken sedangkan Pak Bayan merupakan kepala unit
bagian organisasi yang juga ada di setiap Desa di Kecamatan Jiken. Pada setiap
desa di Kecamatan Jiken juga terdapat seorang sesepuh desa yang biasa di
panggil dengan sebutan “Kamituwo”. Bapak Kamituwo ini
merupakan seseorang yang telah lama tingga di Desa tersebut dan yang dituakan
oleh masyarakat di masing –masing desa tersebut.
Setiap desa di Kecamatan Jiken memiliki kantor atau
balai desanya sendiri. Hanya saja di beberapa Desa seperti Desa Bangowan, Desa
Janjang dan Desa Jiworejo, kantor atau balai desa tidak berfungsi dengan baik,
di Desa Bangowan bahkan memang jarang sekali dibuka karena kebanyakan
masyarakat yang memiliki kepentingan langsung datang ke rumah kepala Desa
Bangowan. Berbeda dengan Desa Bangowan, Kantor Desa di Desa Janjang sengaja di
tutup untuk digunakan sebagai sarang burung walet yang kemudian akan
diberdayakan oleh pihak pemerintah Desa untuk dijual. Kantor kepala desa ini
mulai ditutup sejak 6 bulan yang lalu sejak Kantor Kepala Desa ini didatangi
oleh burung – burung walet. Sedangkan di Desa Jiworejo kasusnya mirip dengan
Desa Bangowan, kantor atau Balai Desanya dibuka dan ditutup seenaknya sehingga
banyak warga Desanya yang langsung menghampiri rumah Kepala Desa jika memiliki
kepentingan.
ngerii jiken
BalasHapussalam kenal, artikel yang sangat menginspirasi..
BalasHapusadmin kalau ke Blora mampir ke Bloranews.com
Jl. RA Kartini lorong 02 no 02 kunden Kecamatan Blora, Kabupaten Blora
ditunggu rawuhnya
kunjungi kami di : www.bloranews.com
Keren
HapusBleboh oh bleboh
BalasHapus